Jakarta, 13 Juli 2012
“Marry me..” katamu.
Jujur, ini bukan kali pertama seseorang mengajakku menikah, tapi bisa
dilihat sampai saat ini status di Kartu Tanda Pengenalku masih saja
single. Dan sebulan ini kalimat semacam itu hadir lagi, terngiang di
tiap percakapan yang aku dan dia mulai. Aku tersenyum, bahagia
mengetahui ada hati yang ingin mengabiskan masa tua dengan menyimpanku
di dalamnya.
Ini surat pertama untuk lelaki terakhirku, entah siapapun dia nanti.
Aku bukan wanita baik-baik, aku masih penuh dilumuti gengsi atas nama
perempuan, aku punya masa lalu yang tidak baik, di kehidupan sehari-hari
hingga masalah hati. Entah ada berapa banyak mantan pacarku, jariku
kehabisan untuk menghitung jumlah mereka.
Aku tidak bisa menjanjikan banyak hal, aku tidak secantik mereka, aku
tidak mempunyai ukuran badan idola wanita kebanyakan, tidak tinggi,
rambut gampang kusut, tidak begitu pandai memasak, tidak suka olah raga,
entah apa yang kamu lihat dan temukan dalam diriku hingga kamu berani
nekat menawarkan masa depanmu di tangan cerita kita.
Aku ingin menikah. Bukan karena dikejar usia, bukan karena kemauan
orang tua, bukan karena begah karena kesinisan mereka. Aku ingin menikah
karena hatiku telah menemukan penghuni yang bisa dipercaya untuk tidak
melukai dan menjaganya dengan baik.
Lelaki terakhirku, apa kamu mau menerima ku dan masa laluku dalam
satu paket untuk kita gunakan membangun masa depan? Jangan khawatir atas
masa lalumu, ketika aku telah memutuskan untuk menggenggam tanganmu di
kencan pertama kita, artinya aku telah menggenggammu secara utuh tanpa
memicingkan mata pada apa yang telah kamu sesali di belakang.
Lelaki terakhirku, aku harap dia kamu. Lelaki yang kini masih saja
keras kepala meragukan keseriusanku, meragukan penghuni isi hatiku.
Dengar, keras kepala.. mereka mungkin pernah penting dalam hidupku
dulu, saat aku belum mengenalmu, satu perlu kamu ingat, serusak apapun
jarum jam, ia tidak akan berputar mundur. Begitupun ceritaku, untuk
menyatukan aku dan kamu, kita tidak perlu bertengkar hebat sampai jarum
jam patah untuk sekedar tersangkut di masa lalu, untuk menyambut sebuah
kita, aku dan kamu hanya butuh hari ini, dan esok yang biasa mereka
sebut dengan “masa depan”.
Seperti yang tadi aku katakan, aku tidak bisa menjanjikan banyak hal,
tapi satu yang aku pastikan, kamu akan menjadi satu-satunya penghuni di
hatiku, hari ini dan esok.
Jadikah menua dengan bahagia bersama kita hari ini dan esok?
Wanita terakhirmu.
by - @ekaotto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar